Stres
dapat menyerang otot jantung dan menyebabkan gejala yang menyerupai
serangan jantung. Gangguan ini, yang disebut “Strees
Cardiomyopathy”
atau “Broken
Heart Syndrome,” dalam
bahasa lain berarti
“Sindrom Patah Hati,”
paling umum dialami pada wanita yang lebih tua yang biasanya terjadi
setelah mengalami tekanan fisik yang berat seperti operasi atau
kesulitan mental seperti kematian orang yang dicintai.
Namun
sebuah penelitian baru dengan menggunakan Cardiac
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau
pencitraan resonansi jantung magnetik menegaskan bahwa stres
cardiomyopathy juga dapat mempengaruhi pria dan wanita premenopause.
Penyebab
stres ini terkadang mungkin terlalu sulit untuk dikenali, tetapi
dengan MRI juga para dokter dapat memisahkannya dari jenis lain
gangguan otot jantung guna penanganan yang tepat.
Studi ini diterbitkan dalam Journal of American Medical Association yang mendokumentasikan Syndrome Broken Heart dari pasien ber-usia 30-90. Rata-rata usia mereka adalah 69 tahun.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) |
Sebagian
besar pasien yang terkena dampaknya 81%, adalah perempuan
postmenopause, tapi 8% kasus pada wanita dibawah 50 tahun, dan 11%
terjadi pada pria.
Hanya dua pertiga dari peserta studi mampu mengidentifikasi sesuatu yang memicu gejala ini. 30% diantara penyebabnya adalah emosional, dan termasuk kematian seorang teman, hewan peliharaan, atau saudara, konflik interpersonal, kecemasan, kemarahan, atau kehilangan lowongan pekerjaan. Sedangkan 41% lainnya disebabkan oleh fisik.
Stres
fisik meliputi operasi, kesulitan bernapas seperti PPOK, asma, atau
bronkitis, dan kemoterapi.
Mereka menyimpulkan, dan menduga bahwa gangguan misterius mungkin memiliki dasar-dasar yang kompleks, melibatkan endokrin, pembuluh darah, dan sistem saraf pusat .
Hal
ini menunjukkan perlunya meningkatkan kesadaran dan pengakuan di
depan dokter atas kondisi ini untuk memastikan diagnosis yang benar.
Semoga
bermanfaat
Tips
Lainnya : tips
karir, tips
kecantikan, tips
kesehatan
No comments:
Post a Comment