Wednesday, March 21, 2012

Sindrom Patah Hati

Stres dapat menyerang otot jantung dan menyebabkan gejala yang menyerupai serangan jantung. Gangguan ini, yang disebut Strees Cardiomyopathy” atau “Broken Heart Syndrome,” dalam bahasa lain berarti “Sindrom Patah Hati,” paling umum dialami pada wanita yang lebih tua yang biasanya terjadi setelah mengalami tekanan fisik yang berat seperti operasi atau kesulitan mental seperti kematian orang yang dicintai.
Namun sebuah penelitian baru dengan menggunakan Cardiac Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi jantung magnetik menegaskan bahwa stres cardiomyopathy juga dapat mempengaruhi pria dan wanita premenopause.

Penyebab stres ini terkadang mungkin terlalu sulit untuk dikenali, tetapi dengan MRI juga para dokter dapat memisahkannya dari jenis lain gangguan otot jantung guna penanganan yang tepat.

Studi ini diterbitkan dalam Journal of American Medical Association yang mendokumentasikan Syndrome Broken Heart dari pasien ber-usia 30-90. Rata-rata usia mereka adalah 69 tahun.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagian besar pasien yang terkena dampaknya 81%, adalah perempuan postmenopause, tapi 8% kasus pada wanita dibawah 50 tahun, dan 11% terjadi pada pria.

Hanya dua pertiga dari peserta studi mampu mengidentifikasi sesuatu yang memicu gejala ini. 30% diantara penyebabnya adalah emosional, dan termasuk kematian seorang teman, hewan peliharaan, atau saudara, konflik interpersonal, kecemasan, kemarahan, atau kehilangan lowongan pekerjaan. Sedangkan 41% lainnya disebabkan oleh fisik.
Stres fisik meliputi operasi, kesulitan bernapas seperti PPOK, asma, atau bronkitis, dan kemoterapi.

Mereka menyimpulkan, dan menduga bahwa gangguan misterius mungkin memiliki dasar-dasar yang kompleks, melibatkan endokrin, pembuluh darah, dan sistem saraf pusat .
Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan kesadaran dan pengakuan di depan dokter atas kondisi ini untuk memastikan diagnosis yang benar.

Semoga bermanfaat



No comments:

Post a Comment